PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA
PADA PROYEK KONSTRUKSI
(STUDI KASUS: PT TRAKINDO UTAMA MANADO)
ABSTRAK
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah memacu perkembangan industri
yang ada di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya proyek
yang ada dan dilaksanakan berbagai teknologi dan inovasi baru yang diterapkan.
Antara lain penggunaan plat bondeck sebagai salah satu bahan dalam pekerjaan
plat lantai. Akan tetapi dengan perkembangan ini banyak juga pelaksanaan suatu
proyek tidak dibarengi dengan penggunaan tenaga kerja yang terampil dibidangnya
serta perencanaan dan pola pendayagunaanya tidak diterapkan secara baik bahkan
tidak direncanakan secara tepat. Sehingga banyak pekerjaan yang diselesaikan
mengalami keterlambatan waktu pelaksanaannya dan tidak sesuai dengan mutu dan
kualitasnya. Pemanfaatan tenaga kerja yang efisien dan efektif, penempatan
tenaga kerja sesuai dengan bidang dan keahliannya perlu diterapkan dengan
tujuan setiap potensi manusia yang terlibat dalam proyek ini didayagunakan
secara cermat, ekonomis, dan sistematis untuk mencapai sasaran yang
direncanakan. Dengan penerapan suatu pendayagunaan yang baik maka diperoleh
informasi data yang digunakan secara tepat dan teratur, alokasi sumber daya
tenaga kerja dengan jumlah yang dibutuhkan, dari 101 tenaga kerja menjadi 50
tenaga kerja yang berpotensial dibidangnya. Agar terhindar dari pemutusan
hubungan kerja sehingga proyek dapat selesai dengan waktu yang telah
direncanakan.
Kata kunci: Perencanaan,
Perataan, Tenaga Kerja
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini mengalami per-kembangan yang begitu pesatnya. Hal ini pula
yang memacu berkembangnya industri ataupun jasa konstruksi yang ada. Saat ini
dapat kita temui begitu banyaknya proyek proyek pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah maupun pihak swasta, tentunya dengan berbagai teknologi dan
inovasi-inovasi yang ditawarkan.
Seiring dengan adanya peningkatan
jumlah usaha konstruksi inilah maka tak jarang kita dapati para kontraktor berusaha
men-dapatkan proyek tanpa memikirkan ketersediaan sumber daya serta pengaturan
atau manajemen yang tepat dan seharusnya diterapkan.
Dengan adanya suatu pola
pendaya-gunaan yang tepat oleh para manajer rekayasa konstruksi maka setiap
pelaksanan suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai
aturan sehingga dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dangan apa yang diharapkan. Pendayagunaan tenaga kerja
yang kurang baik dan tidak tepat akan menjadi sumber masalah yang sangat besar.
Hal ini dikarenakan sumber daya tenaga kerja merupakan satu sumber daya yang
sangat penting dalam pelaksanaaan suatu proyek. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan suatu proyek harus ada suatu pola pendayagunaan yang tepat agar
sasaran yang di capai dapat terwujud.
Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaan suatu proyek
memerlukan beberapa daya diantaranya tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja yang
tidak efektif dan efisien sering kali terjadi dalam pelaksanan suatu proyek.
Oleh sebab itu diusahakan sedapat mungkin agar tenaga kerja yang ada mampu
memberikan hasil yang maksimal dengan biaya seminimal mungkin. Masalah kini
yang timbul adalah
bagaimana pola pendayagunaan
tenaga kerja yang harus diterapkan agar proyek dapat berjalan dengan baik dan
sesuai yang di harapkan.
Batasan Masalah
Tinjauan ini dibatasi pada:
Sumber daya yang ditinjau adalah
sumber daya tenaga kerja
Sumber daya yang ditinjau
dibatasi pada pelaksanaan pekerjaan plat lantai yang menggunakan plat bondeck.
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini adalah untuk
mencari bentuk dan struktur tenaga kerja pada suatu proyek konstruksi, dimana
segenap potensi manusia yang terlibat di proyek ini didayagunakan secara
cermat, ekonomis dan sistematis untuk mencapai sasaran yang telah di
rencanakan.
Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat penelitian
yang di harapkan Dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi
kontraktor dan tenaga kerja untuk bagaimana seharusnya potensi manusia ittu
didayagunakan khususnya dalam pelaksanaan pekerjaan plat lantai menggunakan
menggunakan plat modern yaitu plat bondek.
Tinjauan Pustaka
Manajemen terdapat dalam semua
kegiatan manusia baik dalam rumah tangga, pemerintah, perusahaan, dan
sebagainya. Oleh karena itu, manajemen perlu untuk dipelajari dan selanjutnya
diaplikasikan. Berikut ini pengertian dasar manajemen menurut beberapa tokoh
manajemen yang telah mendefinisikan manajemen (Tarore, Mandagi, 2006).
Konsultan manajemen konstruksi adalah suatu badan/lembaga multidisiplin
profesional, tangguh dan independen yang bekerja untuk pemilik proyek dari saat
awal perencanaan sampai pengoperasian proyek, mampu bekerjasama dengan
konsultan perencana (architect engineer) guna mencapai hasil yang
optimal dalam aspek waktu, biaya
serta kualitas seperti yang sudah ditentukan atau diinginkan sebelumnya
(Tarore, Mandagi, 2006).
METODOLOGI
PENELITIAN
Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah studi literature dan studi lapangan. Kedua metode yag
digunakan saling mendukung untuk mencapai tujuan akhir penulisan.
Studi literature dilakukan
penulis dengan cara membaca literature yang berhubungan dengan materi sebagai
bahan pengkajian dari segi teoritis. Selain itu informasi lainnya diperoleh
lewat internet.
Untuk studi lapangan dilakukan
penulis dengan cara pengumpulan data dan informasi yang menyangkut
aktifitas-aktifitas kegiatan pada proyek serta proyek secara keseluruhan,
volume pekerjaan dari aktifitas yang ada, gambar proyek, time schedule dari yang
menjadi objek penelitian, alokasi
tenaga kerja, kondisi proyek dengan mengadakan peninjauan langsung di lokasi
objek penelitian. Setelah itu penelitian mengolah data.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Proyek ini dimiliki oleh PT.
Trakindo Utama, dengan konsultan PT. Deserco dan sebagai kontraktor untuk
pekerjaan sipil dan arsitektur adalah PT.
Cakra Buana Megah yang membidangi pekerjaan struktur bangunan. Dimana
struktur bangunan atas menggunakan konstruksi baja, dan juga plat lantai yang
menggunakan komposit baja beton berupa ( bondeck,
shear connector, cor beton), rangka atap menggunakan baja ringan.
Dalam aktivitas pekerjaan
konstruksi sipil menggunakan baja seperti dalam pekerjaan pondasi. Pekerjaan
balok dan
kolom menggunakan baja erection,
pekerjaan plat dan lantai menggunakan komposit dari tulangan berupa (bondeck, wiremesh, shear connector, cor beton), rangka atap menggunakan baja ringan galvalum. Karena aktivitas
pekerjaan banyak menggunakan baja maka banyak sumber daya tenaga kerja yang
digunakan adalah tenaga terampil yang didatangkan kontraktor dari Jawa.
Sedangkan untuk material baja juga didatangkan langsung dari pabrik di Jawa.
Untuk beton menggunakan material dari lokal.
Oleh kontraktor tersedia tenaga
kerja yang dalam pembagian pekerjaan diatur menurut kebutuhan kegiatan
pekerjaan yang di rencanakan. Selain dari itu pekerjaan tidak luput dari keterlambatan
pekerjaan yang diakibatkan oleh cuaca yang tidak mendukung, keterlambatan
kiriman, atau pasokan bahan dan material, dan keterbatasan penggunaan alat
berat.
Tinjauan Plat Secara Umum
Plat adalah struktur planar kaku
yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya sangat kecil
dibandingkan dengan dimensi lainnya. Beban yang umumnya bekerja pada plat
mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Sejak digunakannya beton bertulang
modern untuk plat, hampir semua gedung menggunakan material ini sebagai elemen
plat. Plat dapat ditumpu seluruh tepinya, atau juga hanya pada titik tertentu,
atau campuran antara tumpuan menerus dan titik.kondisi tumpuan sederhana atau
dijepit. Adanya kemung-kinan variasi kondisi tumpuan menyebabkan plat dapat
digunakan untuk berbagai keadaan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa plat yang
terbuat dari material padat homogen mempunyai sifat yang sama di segala arah.
Sekalipun demikian, ada pula jenis elemen lain yang mempunyai perilaku
struktural analog dengan yang dimiliki oleh plat. Rangka ruang (rangka batang)
yang terdiri atas elemen-elemen pendek kaku berppola segitiga secara tiga
dimensi dan membentuk struktur permukaan bidang kaku besar dengan ketebalan
relatif tipis adalah contoh struktur analog dengan plat. Struktur bondeck juga
merupakan contoh lainnya. Struktur bondeck
bidang secara khas terdiri dari elemen-elemen linear kaku panjang seperti
rangka batang, yang batang tepi atas dan bawahnya sejajar. Titik hubungannya
bersifat kaku. Distribusi momen dan geser pada struktur seperti ini dapat
merupakan distribusi yang terjadi pada plat-plat monolit.
Dapat terlihat jenis umum
kelengkungan dan momen eksternal yang timbul pada struktur plat konvesional dan
floor deck pada dasarnya sama apabila
dimensi umumnya sama. Cara sebenarnya masing-masing struktur memberikan momen
internal tahanan dan perilaku khususnya, bagaimanapun berbeda. Pada umumnya
floordeck
dengan penampang kasar lebih baik dalam memikul sederetan beban
terpusat, sedangkan plat dan rangka ruang cenderung lebih cocok untuk memikul
beban terdistribusi merata.
Plat
Bondeck
Plat Bondeck adalah pada dasarnya adalah plat yang menggunakan deck baja
yang digalvanis berkekuatan tinggi dan berfungsi ganda yaitu sebagai bekisting tetap dan penulangan positif
searah. Lembaran panel ini dibentuk dari plat baja dan telah digalvanis dengan
rata dan sempurna. Panjang maksimum yang dianjurkan adalah 12m, karena biasanya
batas panjang maksimum di tentukan oleh kemudahan pengerjaan dan pengangkutan.
Dek baja ini sebagai pengganti tulangan positif searah sedangkan pasak yang
berupa rusuk- rusuk panel tertanam dengan kuat di dalam beton yang membuat
seluruh panel menjadi tulangan positif searah yang sangat kuat.
Panel bondeck dibentuk dari baja
berkekuatan tinggi (tegangan leleh min = 5500kg/cm2) merupakan bahan yang tidak
mudah rusak baik baik dalam waktu pengangkutan maupun waktu pemasangan dan
memiliki faktor keamanan yang besar dalam perencanaan. Konstruksi plat beton
komposit dengan tambahan sedikit
penulangan keamanan terhadap kebakaran dapat bertahan terhadap api selama 2
jam, walaupun dibawahnya tidak terdapat pelindung yang lain. Untuk menambah
ketahanan terhadap kebakaran dapat di lakkan dengan memberi bahan pelindung
pada permukaan bagian bawah deck.
Plat Floor Deck/ Bondeck
Deck dapat di sediakan dengan
panjang sampai 12m atau lebih dan sebaiknya diambil panjang yang dapat menutup
dua atau tiga bentang. Rata-rata bondeck
punya ketebalan 0.75mm, tinggi 4.5cm dan lebar efektif 1m. Jarak sambungan memanjang
antara panel-panel diusahakan seminimal mungkin. Panel-panel deck diletakkan di
atas balok-balok pemikul dan umumnya di-perlukan minimum 5cm. bidang perletakan
balok tengah atau balok akhir baik pada konstruksi baja maupun pada pemasangan
batu bata dan beton. Panel-panel itu harus segera dimatikan/dipakukan pada
tumpuan-nya setelah penempatan selesai untuk
menghindari terjadinya pergeseran
yang diakibatkan oleh angin ataupun beban pelaksanaan pada konstruksi
Panel floor deck berfungsi sebagai bekisting untuk beton basah dan
merupakan lantai kerja yang aman untuk pekerjaan lainnya. Meskipun demikian
harus di-hindarkan adanya pemusatan beban dan sebaiknya bagian-bagian yang
memikul beban atau lalu lintas berat dicor lebih dahulu.
Pemasangan pada portal konstruksi
beton:
1. Panel floor
deck dipasang sebagai bentang tunggal yaitu antara balok-balok pemikul.
Dalam hal ini panel deck harus dimatikan, pada balok/dinding pemikul. Untuk
plat-plat bentang menerus, tulangan negatif harus dipasang di atas balok
pemikul. Untuk pengikatan panel floor
deck pada balok/dinding beton dapat dipakai paku-paku beton dengan cara
manual atau mekanis atau dapat juga dengan pengelasan pada tulangan
balok/dinding pemikul. Pelat beton komposit dicor menjadi satu dengan dinding
pemikul.
2. Panel Bondeck
dipasang sebagai bentang penerus. Dalam hal ini balok/dinding pemikul sudah
dicor penuh dan panel floor deck diletakkan di atasnya dan dimatikan
dengan stek/ angker-angker masuk
dibengkokkan kemudian dicor menjadi satu dengan balok-balok pemikul. Tulangan
negatif diatas balok pemikul tetap diperlukan. Angker-angker pengikat panel floor deck akan berfungsi sebagai
penahan geser, bila balok-balok
pemikul tengah diperhitungkan sebagai balok T dan tepi balok sebagai balok L.
dalam hal ini luas penampang angker harus diperhitungkan. Panel floor deck dibuat dengan memiliki tepi
rusuk yang dapat tepat menumpang dari
lembar panel berikutnya. Untuk
mendapatkan sambungan yang baik dan dasar panel yang rata, tumpangan samping
harus diikat dengan sekrup atau las. Pengikat tumpangan samping ini diperlukan
khususnya untuk panel floor deck yang dipasang pada konstruksi beton.
Bila dasar floor deck akan digunakan sebagai langit-langit/plafon, maka
lubang-lubang yang terjadi karena terbukanya ujung-ujung rusuk floor deck pada waktu terbukanya
ujung-ujung rusuk floor deck pada
waktu pengecoran harus ditutup. Hal
ini untuk mencegah kemungkinan
masuknya air semen melalui rusuk ke dasar floor
deck.
Ujung rusuk floor deck dapat ditutup dengan meletakan polystyrene pada ujung rusuk dan kemudian dipikul dengan papan di
depan lubang rusuk. Alternatif lain ialah rusuk floor deck ditutup dengan pita adhesive
yang cocok selebar rusuk floor deck.
Untuk bentang besar, tiang penyangga diperlukan untuk meniadakan lendutan panel
floor deck pada waktu beton masih
basah. Tiang penyangga harus cukup
kuat dan mempunyai daya dukung yang cukup kuat agar tidak terjadi penurunan.
Hubungan langsung antara floor deck
dengan balok kayu muda/basah harus dihindarkan untuk mencegah timbulnya noda
halus pada dasar floor deck.
Tergantung dari beban dan keadaan
pemeliharaan beton sesudah dicor, biasanya tiap penyangga sementara dapat
di-cabut/dilepas setelah beton berumur 7 sampai 14 hari. Pembebanan penuh
sesuai dengan rencana baru dapat diberikan setelah beton berumur 28 hari,
dimana kekuatan beton telah tercapai.
Bila dalam perencanaan diperlukan
pemasangan penahanan geser, maka penahan geser harus dipasang biasanya menembus
panel floor deck dan dilas atau
tertanam pada balok-balok pemikul. Adapun luas penampang dan jarak geser antara
penahan geser ditentukan dari perhitungan statika. Bentuk penahan geser
bermacam-macam, ada yang berbentuk khusus dan ada pula yang dibuat dari besi
beton yang biasanya dibengkokan. Penahan geser ini harus diletakkan dengan
tinggi maksimum 2cm di bawah permukaan akhir plat beton.
Untuk semua jenis plat,
disarankan memakai tulangan susut yang berfungsi
selain untuk mengatasi perubahan
temperature, juga untuk menyebarkan pembebanan. Untuk plat tebal 9-12 cm, dapat
dipakai jarring baja BRC M-5 dan 13-16 cm dipakai BRC M-16.
Tulangan diletakkan 2cm di bawah
permukaan atau beton. Jaringan kawat baja ini harus menutup permukaan plat dan
pada sambungan saling bertumpangan dan diikat sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya, untuk memperoleh kekuatan dalam 2 arah. Untuk plat-plat beton
khusus yang kedap air dan plat-plat bagian luar yang berhubungan langsung
dengan sinar matahari, diperlukan tulangan susut yang lebih berat.
Dalam pelaksanaan aktivitas
proyek didasarkan pada analisa penggunaan mutu yang mempengaruhi penggunaan
tenaga kerja, baik dalam jumlah dan keahliannya.
·
Mutu beton K 250
·
Mutu baja
U 24 untuk diameter tulangan 12
·
Mutu baja
U 32 untuk diameter tulangan 16 atau lebih.
·
Mutu baja
profil ASTM A36
·
Ware mesh U50 U/DMS
·
Kolom tipe K1= Hwf (250x250x9x14)
·
Kolom tipe K2= Hwf (250x250x9x14)
·
Kolom tipe K3=Hwf ( 250x250x8x12)
·
Rangka R1 = Wf (500x200x10x16)
·
Gelegar tipe G1 = Wf
(300x150x6,5x9)
·
Geleger tipe G2 = Wf
(300x150x6,5x9)
·
Gording = Cnp (200x75x20x3,2)
·
Ikatan Angin = Besi Beton ø 16mm
·
Trekstang = Besi Beton ø 12mm
·
Atap = Seng Warna
Selain itu alat bantu yang
digunakan berupa mobile crane yang
sangat mempengaruhi
terhadap penggunaan tenaga kerja
khususnya dalam pemindahan material dan bahan konstruksi. Dimana mobile crane ini sangat membantu dalam
pekerjaan ereksi baja balok dan kolom, pengangkatan wiremesh, bondeck, dan material lainnya.
Pelaksanaan proyek dapat
dikelompokan dalam beberapa area dengan beberapa jenis pekerjaan menyangkut
volume pekerjaan dan lama waktu penyelesaian masing-masing aktivitas yang
terjadi pada proyek tersebut berdasarkan data perencanaan dari pelaksana
proyek.
Perhitungan
Jumlah Pekerja Berdasarkan Volume Pekerjaan
Jumlah kebutuhan tenaga kerja
pada tiap pekerjaan, dihitung berdasarkan data volume pekerjaan. Sebagai contoh
di ambil salah
satu
pekerjaan yaitu:
|
|
|
Jenis
Pekerjaan
|
: Fabrikasi Baja
|
|
Volume
Pekerjaan
|
|
: 1 ton
|
Koefisien
analisa satuan tukang : 1,74
|
||
Maka
untuk pekerjaan Fabrikasi baja
|
||
Volume Pekerjaan
|
: 32.528kg = 32 ton
|
|
Tukang
|
: 1,74 x 32 = 55,68
|
|
Jumlah
tenaga kerja
|
:
|
= 56
|
Durasi
pekerjaan
|
: 45 hari
|
|
Kebutuhan
tenaga kerja harian
|
:
|
56 : 45 =
1,24 ~ ( 2 tenaga/hari )
Pendayagunaan
tenaga kerja pada proyek PT Trakindo Utama Manado.
Perekrutan
tenaga kerja
Perekrutan tenaga kerja adalah
suatu proses mencari tenaga kerja dengan men-dorong serta memberikan suatu
pengharapan untuk melamar pekerjaan pada perusahaan. Perekrutan ini dilakukan
dengan memilih tenaga kerja yang telah berpengalaman dan terampil di bidangnya.
Tenaga kerja untuk proyek PTTU
ini sebagian besar direkrut dari luar daerah yaitu Jawa dengan alasan bahwa
tenaga kerja dari Jawalah yang terampil dan mengerti tentang pekerjaan yang di
laksanakan yaitu pekerjaan dengan
penggunaan Plat Bondeck.
Penempatan
tenaga kerja
Pada proyek ini tenaga kerja yang
ada ditempatkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang ada. Yaitu untuk setiap
pekerjaan ditempatkan 1 orang mandor, untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan
juga beberapa orang pekerja untuk pelaksanaan tersebut.
Khusus untuk pekerjaan plat
lantai ditempatkan tenaga kerja dengan pengaturan sebagai berikut:
Pemasangan
Bondeck : 3 Orang pekerja
Shear
Conector : 2 Orang
pekerja
Pemasangan wiremash : 2 Orang pekerja Sistem Pemberian
Upah
Sistem pemberian upah pada tenaga
kerja selama pengamatan pekerjaan plat lantai khususnya untuk pemasangan bondeck, shear connector dan wiremash diperhitungkan dengan seberapa
besar volume produk yang dihasilkan perhari.
Pengendalian
dan pengawasan tenaga kerja
Untuk mengendalikan waktu
pelaksa-naan sehingga tidak mengalami keterlam-batan dilakukan beberapa cara
yaitu :
Kerja
Lembur
Dengan mengadakan kerja lembur,
maka pekerja dapat melanjutkan peker-jaannya setelah waktu kerja tiap hari selesai.
Tetapi dampak dari hal ini adalah upah kerja lebih tinggi dari yang biasa
dibayarkan. Untuk kerja lembur dibayarkan untuk pekerja Rp.70.000/ hari. Dan
untuk tukang Rp.90.000/ hari.
Untuk pekerjaan plat lantai tidak
di lakukan kerja lembur karena pekerjaan ini tidak membuhtukan waktu yang lama
dalam proses penyelesaiannya. Kerja lembur ini biasa di lakukan pada pekerja
penyusunan batu bata.
Pembagian
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada
dipekerjakan bergiliran dan dibagi giliran. Untuk pekerjaan plat lantai terdiri
dari 7 orang tenaga kerja diatur pembagian kerja untuk pemasangan plat bondeck 3 orang, pemasangan shear connector 2 orang dan wiremash 2 orang. Untuk pembagian kerja pagi atau malam dilakukan bila ada
kerja lembur.
Pengawasan tenaga kerja. Hal-hal yang diawasi dalam pelaksanaan pekerjaan proyek ini adalah :
1. Disiplin
kerja
Dimana tenaga kerja diharuskan
bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan, disamping itu juga tenaga kerja harus
mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai target yang ditetapkan. Apabila tidak
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan maka akan diberikan
peringatan dan selanjutnya pemotongan upah kerja.
2. Disiplin
Pelaksanaan
Khusus
untuk pekerjaan lantai pada saat
pemasangan shear connector pada plat bondeck
selalu diawasi karena harga untuk satu
lembar plat bondeck adalah Rp.
120.000,- agar tidak menimbulkan kerugian pada pemilik proyek dan tidak
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Dari penelitian selama
di lokasi proyek disiplin pelaksanaannya sudah cukup berjalan dengan baik
karena pekerjaan dapat selesai sesuai dengan jadwal yang di tetapkan. Di mana
telah dilaksanakan acara Grand Opening Trakindo Utama ini pada bulan January
sesuai dengan jadwal proyek yang ada.
Perataan Sumber Daya.
Data Awal
Dari data penjadwalan awal sumber
daya tenaga kerja yaitu 101 tenaga kerja untuk minggu pertama di bulan Desember
sebagai jumlah tenaga kerja terbesar yang digunakan dalam satu minggu dengan
waktu senggang yang ada maka dapat dikurangi
jumlah tenaga kerja dengan cara
perataan sumber daya tenaga kerja.
Hasil
Perataan Sumber Daya
Setelah perataan maka diperoleh
hasil yang cukup berbeda dari sumber daya tenaga kerja awal. Dimana penggunaan
tenaga kerja lebih merata dalam pelaksanaan setiap pekerjaan. Dengan adanya
perataan sumber daya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
pihak dan kekurangan tenaga dalam setiap aktivitas-nya.
Tabel 1.
Sumber Daya Tenaga Kerja Awal
|
Waktu/Minggu
|
|
Jumlah Tenaga Kerja
|
|
Keterangan
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
25
|
|
|
-
|
|
2
|
|
30
|
|
-
|
|
|||
|
3
|
|
|
20
|
|
|
-
|
|
4
|
|
49
|
|
-
|
|
|||
|
5
|
|
|
28
|
|
|
-
|
|
6
|
|
35
|
|
-
|
|
|||
|
7
|
|
|
43
|
|
|
-
|
|
8
|
|
50
|
|
-
|
|
|||
|
9
|
|
|
55
|
|
|
-
|
|
10
|
|
65
|
|
-
|
|
|||
|
11
|
|
|
58
|
|
|
-
|
|
12
|
|
70
|
|
-
|
|
|||
|
13
|
|
|
78
|
|
|
-
|
|
14
|
|
80
|
|
-
|
|
|||
|
15
|
|
|
90
|
|
|
-
|
|
16
|
|
85
|
|
-
|
|
|||
|
17
|
|
|
101
|
|
|
-
|
|
18
|
|
80
|
|
-
|
|
|||
|
19
|
|
|
65
|
|
|
-
|
|
20
|
|
5
|
|
-
|
|
Sumber: Hasil Pendataan
Tabel 2.Hasil
Perataan Sumber Daya
|
Waktu/Minggu
|
|
Jumlah Tenaga Kerja
|
|
Keterangan
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
25
|
|
|
Kurang baik
|
|
2
|
|
30
|
|
|
Kurang
baik
|
|||
|
3
|
|
|
20
|
|
|
Kurang baik
|
|
4
|
|
49
|
|
|
Kurang Baik
|
|||
|
5
|
|
|
28
|
|
|
Kurang Baik
|
|
6
|
|
35
|
|
|
Baik
|
|||
|
7
|
|
|
43
|
|
|
Baik
|
|
8
|
|
50
|
|
|
Baik
|
|||
|
9
|
|
|
55
|
|
|
Baik
|
|
10
|
|
65
|
|
|
Baik
|
|||
|
11
|
|
|
58
|
|
|
Baik
|
|
12
|
|
70
|
|
|
Baik
|
|||
|
13
|
|
|
78
|
|
|
Baik
|
|
14
|
|
80
|
|
|
Baik
|
|||
|
15
|
|
|
90
|
|
|
Kurang Baik
|
|
16
|
|
85
|
|
|
Kurang Baik
|
|||
|
17
|
|
|
101
|
|
|
Kurang Baik
|
|
18
|
|
80
|
|
|
Kurang Baik
|
|||
|
19
|
|
|
65
|
|
|
Baik
|
|
20
|
|
5
|
|
|
Kurang Baik
|
Sumber: Hasil Pendataan
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada proyek
“PT. TRAKINDO UTAMA”, dapat ditarik kesimpulan bahwa, Jumlah penggunaan tenaga
kerja terbesar dari 101 tenaga kerja pada data awal pekerjaan, mengalami
perataan dengan memanfaatkan penggunaan jumlah tenaga kerja terbesar. Sehingga
di hindarkan dari PHK dan kekurangan tenaga dalam pelaksanaan pekerjaan.
Saran
Untuk mendapatkan tenaga kerja
yang efisien dan optimal perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
§
Disiplin
tenaga kerja dalam bekerja perlu ditingkatkan
§
Perlu
adanya peningkatan penga-wasan terhadap tenaga kerja, sehingga pekerja lebih
rajin dan ulet lagi.
§
Perencanaan
jumlah tenaga kerja dalam setiap pelaksanaan setiap pekerja harus dibuat
sebaiknya dengan suatu pola pendayagunaan yang tepat salah satunya dengan
adanya perataan sumber daya tenaga agar tidak akan terjadi kekurangan tenaga
dan menghindarkan dari PHK.
DAFTAR
PUSTAKA
Barrie S.
Donald, Boyd C. Pauldson, 1987. Manajemen
Konstruksi Profesional. Erlangga.
Jakarta.
Dipohusodo, Istimawan.,
1995. Manajemen Proyek dan Konstruksi,
jilid IKanisius, Yogyakarta
Nugraha, Paulus, Nathan, Ishak
dan Sutjipto, R. 1985. Manajemen Proyek
Konstruksi I, Kartika Yudha. Surabaya.
Soeharto Imam, 1998. Manajemen Proyek (Dari konseptual Sampai
operasional), Jilid II. Erlangga. Jakarta
Silalahi
Beneth N. B. 1983. Perencanaan Pembinaan Tenaga Kerja Perusahaan. Jakarta..
Tarore, H dan Mandagi, R. J. M. 2006. Sistem Manajemen Proyek dan Konstruksi (SIMPROKON). Tim Penerbit JTS Fakultas
Teknik Universitas Sam Ratulangi. Manado
Tidak ada komentar:
Posting Komentar